1.        Hingga   saat ini hepatitis virus A, B dan C masih menjadi masalah kesehatan dunia   yang serius karena berpotensi menimbulkan dampak morbiditas dan mortalitas. 2.        Sekitar   2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B dan 360 juta   orang di antaranya terinfeksi kronis yang akan berpotensi menjadi sirosis dan   karsinoma hepatoselular dengan angka kematian sebesar 250.000 per tahun.  
 3.        Penyakit   hati pada usia dewasa, sebagian besar merupakan akibat dari infeksi hepatitis   B pada usia awal kehidupan. Imunisasi 0 hari pada bayi baru lahir terbukti   menurunkan prevalensi Hepatitis Virus B (HVB) tetapi terapi anti virus untuk   penderita hepatitis kronis ini belum memberikan hasil yang memuaskan.  
 4.        Diperkirakan   170 juta penduduk dunia merupakan pengidap Hepatitis Virus C (HVC). Infeksi   HVC akut akan berlanjut menjadi kronis sekitar 85% sedangkan 20% akan   berakhir dengan sirosis dan karsinoma hepatoselular. Akibat tingginya laju   mutasi virus, hingga saat ini belum tersedia vaksin hepatitis C.  
 5.        Hepatitis   Virus A (HVA) merupakan self limiting disease tetapi dapat menimbulkan dampak   epidemiologis dan klinis. Di Indonesia infeksi HVA banyak mengenai anak usia   < 5 tahun dan biasanya tanpa gejala. Anak-anak ini merupakan sumber   penularan bagi orang dewasa di sekitarnya dengan risiko morbiditas dan   mortalitas yang lebih berat.  
 6.        Walau   bukan penyebab kematian langsung, namun penyakit hepatitits menimbulkan   masalah pada usia produktif, pada saat seharusnya mereka menjadi sumber daya   pembangunan. Karena itu Indonesia mengusulkan resolusi Hepatitis Virus   diangkat menjadi isu dunia, dan telah diterima.  
 7.        Tantangan   yang serius ini perlu mendapat perhatian kita semua. Oleh karena itu perlu   segera mengumpulkan data dan informasi yang lebih banyak dan lebih lengkap   untuk dijadikan dasar perumusan kebijakan, guna menempatkan pengendalian   penyakit hepatitis dalam daftar prioritas yang lebih tinggi.  
 8.        Di   samping itu, para pakar dan praktisi kedokteran dan kesehatan yang   berkecimpung di bidang hepatologi klinik, serta para pengelola pengendalian   penyakit menular perlu bekerjasama bahu-membahu dalam merumuskan   langkah-langkah untuk menangani masalah ini. Baik dari aspek diagnostik, pencegahan,   pengobatan, maupun promosi kesehatan. Perhatian tidak hanya perlu diberikan   di tingkat lokal dan nasional melainkan juga di tingkat regional dan global.  
 9.        Biaya   pengobatan hepatitis B dan C selama ini masih menjadi beban yang besar bagi   masyarakat di negara berkembang. Sebagai gambaran, biaya pengobatan hepatitis   B untuk obat oral sekitar Rp 800.000 per bulan, dan dibutuhkan waktu minimal   enam bulan. Pengobatan dengan injeksi bahkan memerlukan biaya tiga kali   lipat. Padahal peluang sembuh hepatitis B hanya sekitar 55%, sedangkan   hepatitis C sekitar 70%.  
 10.  Tidak hanya itu; sekalipun pengidap hepatitis banyak   terdapat di negara berkembang, namun teknologi dan fasilitas pencegahan serta   pengobatan lebih banyak dimiliki oleh negara maju yang justru bukan merupakan   daerah endemis hepatitis B. Perhatian dunia terhadap penyakit tersebut juga   masih kurang, walaupun hepatitis merupakan ancaman besar bagi kesehatan   masyarakat dunia.  
 11.  Oleh sebab itu dalam menghadapi penyakit hepatitis ini,   pemerintah Indonesia menempatkan pencegahan sebagai upaya terbaik, sehingga   pemberian imunisasi pada bayi segera setelah lahir merupakan hal yang paling   penting yang bertujuan memutuskan transmisi vertical dari ibu pengidap kepada   bayinya, sehingga anak akan tumbuh menjadi generasi muda yang sehat dan bebas   dari hepatitis B.  
 12.  Selain upaya pencegahan terjadinya penyakit, penting juga   upaya untuk mencegah berkembangnya penyakit dengan cara deteksi dini, agar   tidak berkembang menjadi komplikasi yang lebih buruk sehingga menimbulkan penderitaan   dan beban sosial-ekonomi keluarga, masyarakat dan negara.  
 13.  Upaya pencegahan hepatitis di Indonesia dimulai dengan   menanamkan kesadaran pentingnya masalah ini oleh pemerintah bersama   masyarakat. Usaha nyata telah diawali dengan program imunisasi hepatitis B   pada tahun 1987 yang pertama kali diperkenalkan di Pulau Lombok. Tujuan   program adalah untuk mengintegrasikan imunisasi hepatitis B, khususnya   imunisasi tepat waktu dalam 7 hari pertama sejak bayi lahir, ke dalam program   imunisasi rutin di P. Lombok melalui kunjungan rumah oleh petugas imunisasi   puskesmas.  
 14.  Pada tahun 1991 pemerintah Indonesia memperluas program   imunisasi hepatitis B ke 4 propinsi yaitu mencakup seluruh kabupaten   dipropinsi NTB, Bali, D.I. Yogyakarta, dan 5 kabupaten di Jatim.  
 15.  Pada tahun1992/1995 imunisasi telah dikembangkan di 6   Propinsi lainnya, yaitu di Lampung, DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah,   Sumatra Barat dan Kalimantan Barat.  
 16.  Pada tahun 1996/1997 dikembangkan secara nasional ke 27   Propinsi dengan tahapan sebagai berikut: Prioritas khusus untuk propinsi   dengan endemisitas tinggi, yaitu Irian Jaya, Nusa Tenggara Timur, dan Timor   Timur; propinsi lainnya masing-masing satu kabupaten/kotamadya dalam tahap   awal pengembangan.  
 17.  Akhirnya, pada satu Maret 1997 vaksin hepatitis B dimasukkan   kedalam program immunisasi rutin.  
 18.  Pada tahun 2003, ditingkatkan dengan mencakup bayi baru   lahir dengan pemberian Hepatitis B – Uniject pada bayi usia 0 – 7 hari dan   kini telah dilaksanakan di seluruh Indonesia serta telah berhasil menurunkan   prevalensi hepatitis B pada anak di bawah 4 tahun dari 6,2 persen menjadi 1,4   persen.  
 19.  Untuk mengetahui besarnya masalah kesehatan, untuk pertama   kalinya dalam sejarah pada tahun 2007 Kementerian Kesehatan melakukan Riset   Kesehatan Dasar (Riskesdas). Dalam survei ini telah dikumpulkan dan diperiksa   sampel darah dari 30.000 rumah tangga di 294 Kabupaten/Kota di seluruh   Indonesia.  
 20.  Hasil pemeriksaan biomedis menunjukkan prevalensi HBsAg   sebesar 9,7% pada pria dan 9,3% pada wanita, dengan angka tertinggi pada   kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11,9%. Sementara itu, prevalensi penduduk   yang pernah terinfeksi virus hepatitis B ditunjukkan dengan angka Anti-HBc   sebesar 34%, dan cenderung meningkat dengan bertambahnya usia.  
 21.  Hal ini berarti bahwa penularan horizontal memegang peran   yang penting dalam penyebaran hepatitis B. Untuk hepatitis C, ditunjukkan   dengan angka anti-HCV positif sebesar 0,8%, dengan angka tertinggi pada   kelompok usia 55-59 tahun, yaitu sebesar 2,12%. Semua data ini merupakan data   nasional berbasis populasi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk   melaksanakan berbagai upaya kesehatan dan sebagai dasar untuk penelitian   lebih lanjut.  
 22.  Mengingat hepatitis B juga dapat ditularkan melalui   transfusi darah, dalam hal ini sudah diantisipasi dengan cara semua darah yang   dikelola oleh PMI sudah dilakukan penapisan terhadap hepatitis B, hepatitis C   dan HIV sebelum diberikan.  
 23.  Khusus untuk hepatitis C yang dapat ditularkan melalui   jarum suntik yang tidak steril, yang dipakai oleh anak-anak muda pemakai   konsumsi narkoba, dihimbau agar generasi muda menjauhkan diri dari pemakaian   narkoba.  
 24.  Sebagai negara yang berada di wilayah Asia Pasifik,   Indonesia dan China memiliki beban yang sama, yaitu beban sebagai daerah   endemis hepatitis B, dengan banyak kesamaan dalam struktur masyarakat,   sosial, ekonomi, maupun tingkat pendidikan.  
 25.  Untuk itu, kerja sama antara kedua negara, dari pencegahan   sampai ke pengobatan perlu terus dikembangkan menjadi kerja sama yang erat di   bidang riset, baik di bidang ilmu dasar maupun terapan.  
 26.  Selain itu, Indonesia sebagai wakil negara-negara anggota   Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Asia Tenggara pada sidang Dewan Eksekutif   Organisasi Kesehatan Dunia bulan Januari 2010 bersama Brazil dan Columbia,   telah mengusulkan resolusi Hepatitis Virus diangkat menjadi isu dunia.  
 27.  Usulan tersebut telah diterima dan dibahas dalam sidang   World Health Assembly (WHA) atau Majelis Kesehatan Sedunia ke-63 Mei lalu.   Majelis yang merupakan forum tertinggi negara-negara anggota WHO ini telah   menyepakati usul Indonesia tersebut, dan menetapkannya sebagai Resolusi WHA   tentang Viral Hepatitis.  
 28.  Inti resolusi adalah menyerukan semua negara di dunia   supaya melakukan penanganan hepatitis B secara komprehensif, mulai dari   pencegahan sampai pengobatan, meliputi berbagai aspek termasuk surveilans dan   penelitian. Dalam Resolusi yang merupakan prakarsa Indonesia tersebut   sekaligus juga ditetapkan World Hepatitis Day atau Hari Hepatitis Dunia jatuh   pada tanggal 28 Juli setiap tahunnya.  
 29.  Tema WHD Tahun 2010 adalah Kewaspadaan terhadap adanya   penyakit hepatitis dan pencegahannya  
  
 SEJARAH DITEMUKAN VIRUS HEPATITIS DAN KEGIATAN DI INDONESIA  
  
 1965   : Ditemukan virus hepatitis oleh Baruch Blumberg .  
 1987   : Pilot project di launching di Mataram oleh Dr Suwardjono Suryaningrat.  
 1990   : Peresmian pemakaian hepatitis B dengan Uniject : oleh Dr S L Leimena  
 1991   : Hasil pilot project di-adopsi menjadi Declaration of Yaounde. sebagai   percontohan dunia,  untuk model hepatitis masuk kedalam   program imunisasi di dunia.  
 1997 : Peresmian produksi vaksin hepatitis B oleh Bapak   Presiden Suharto di Bio Farma  
 1997   : Launching vaksin hepatitis B secara nasional oleh Menteri Kesehatan Prof   Suyudi di Bogor.  Dan Kalimantas Selatan (bersamaan dengan acra OM ABRI   KB Kes.  
 2003   : Uniject HB launching di Pendopo oleh Menteri Kesehatan Dr Achmad Sujudi,   didampingi  Gubernur propinsi DIY Sri Sultan   Hamengku Buwono.  
 2004   : DPT/HB di launching di Prambanan hadir Bapak Presiden SBY, Ibu Negara, Men Kes  Ibu Siti Fadillah.  
 2010   : Usul Indonesia tentang Hepatitis Viral ditetapkan sebagai salah satu   deklarasi WHA   ke-63 Mei 2010. Dalam deklarasi tersebut ditetapkan tanggal 28 Juli sebagai   Hari  Hepatitis Sedunia.  
 2010 : 28 Juli 2010 Indonesia   menyelenggarakan peringatan Hari Hepatitis Sedunia Pertama  di RSUP dr. Sardjito Jogjakarta, dihadiri Men Kes dr.   Endang R. Sedyaningsih.  
  
  
  
  
  
  
 With KLONING   |   
Tidak ada komentar:
Posting Komentar